TUGAS MODUL 1.1.a.9
KONEKSI ANTAR MATERI-KESIMPULAN DAN REFLEKSI
NAMA : Ni Luh Putu Sumiartini,S.Pd.AUD
NIP : 19830114 201101 2 005
Sintesis Koneksi Berbagai Materi Merdeka
Belajar _Kesimpulan Refleksi Pemikiran KHD
Sintesis Berbagai
Materi Merdeka Belajar
Istilah “Merdeka Belajar” yang dari awal mula
Pendidikan Guru Penggerak ini di bicarakan membuat saya semakin penasaran dari
makna istilah tersebut. Untuk memahami makna dari istilah “Menuju Manusia
Merdeka” sesuai dengan Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar
Dewantara pada permulaan mempelajari modul 1, diharapkan nantinya lulusan dari
Pendidikan Guru Penggerak tahun angkatan pertama 2020 ini menjadi sebuah agen
perubahan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai titik permulaan untuk
merubah pola fikir pendidikan dengan memfokuskan pendidikan sesuai dengan
pemikiran-pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara. Dimana dalam mempelajari
modul 1 ini, Calon Guru Penggerak diajak untuk lebih memahami konsep-konsep
pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara antara lain :
1.
Konsep Kodrat Alam.
2.
Asas Trikon.
3.
Konsep “Budi
Pekerti”.
4.
Patrap “Triloka”
dengan membandingkan pendidikan abad 21 pada konteks budaya local.
5.
Bersikap reflektif
kritis terhadap pemikiran filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam membuat desain kerangka filosofi Pendidikan
Merdeka yang sesuai dengan Konteks daerah asal.
Tujuan dari pendalaman
materi pada modul 1 ini adalah Calon Guru Penggerak diharapkan mampu memahami
filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, melakukan refleksi kritis filosofi
pendidikan tersebut dengan konteks pendidikan local dan nasional pada zaman
sekarang. Selain itu, diharapkan CGP mampu menjalankan strategi sebagai
pemimpin pembelajaran sehingga dapat mewujudkan sekolah sebagai pusat
pengembangan karakter siswa dengan tetap mengedepankan budaya lokal. Calon Guru
Penggerak nantinya dapat mengembangkan, serta memberikan informasi mengenai
visi sekolah yang bertujuan untuk memihak anak dalam kegiatan pembelajaran
kepada murid, serta stakeholder.
Dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai 3 hal antara lain
sebagai berikut :
1.
Apa yang saya
percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul
1.1?
2.
Apa yang berubah
dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?
3.
Apa yang bisa segera
saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Berikut ini saya
klasifikasikan mengenai pemahaman tentang 3 hal tersebut:
1.
Kepercayaan
tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari “Merdeka Belajar”.
Sebelum saya mempelajari modul 1.1 pada dasarnya saya percaya
bahwa anak dapat diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat kita gambar atau
kita tulis sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dimana pemahaman mengenai hal
tersebut adalah sebagai seorang pengajar saya mempunyai sebuah wewenang serta
tanggung jawab mengenai kewajiban saya yaitu merubah anak menjadi tau akan
suatu hal, menuntun anak untuk memahami suatu materi, serta membuat target
pencapaian sebuah prestasi anak,
Seiring dengan berjalannya waktu, tentunya hal-hal serta
angan-angan yang saya rencanakan serta susun tidak bisa serta merta berjalan
dengan kesuksesan. Saya harus memahami mengenai karakteristik anak
masing-masing di dalam kelas yang saya hadapi dalam setiap tahunnya.
Terkadang saya berfikir dengan adanya beberapa anak yang menurut
saya mengalami perkembangan yang berbeda dengan anak lain, Saya merasa anak
tersebut lambat dalam berfikir, kurang fokus pada saat pelajaran berlangsung,
serta anak-anak merasa bosan jika bertemu dengan materi pelajaran yang dianggap
sulit.
Saya mencoba untuk merubah pemahaman mereka dalam suatu materi
pelajaran yang belum tuntas dengan memfokuskan anak pada kegiatan pembelajaran
yang saya ulang kembali dengan harapan pemahaman mereka meningkat. Namun hanya
beberapa saja yang mengalami perubahan, justru anak-anak yang mendapatkan nilai
di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal tidak bertambah. Dari hal tersebut saya
menganggap bahwa IQ mereka memang berbeda dengan teman-teman lainnya.
Saya mempercayai bahwa
keberhasilan anak dalam meraih sebuah prestasi hanya berfokus pada hasil penilaian
pendidikan serta keterampilan, Semua proses yang mereka alami adalah tergantung
dari niat anak itu masing-masing. Perhatian orang tua serta IQ Yang dimiliki
mereka. Saya percaya dengan berusaha keras belajar dengan giat maka
akan bisa merubah pemahaman materi anak. Maka anak yang malas pasti akan gagal
dan tidak bisa tuntas dalam setiap Kompetensi Dasar yang telah disususn oleh
pengajar. Selain itu saya juga percaya bahwa ada beberapa siswa yang memang
susah memahami materi pelajaran dikarenakan IQ mereka rendah. Meskipun saya
berusaha untuk merubah mereka, hasilnya tidak akan maksimal.
2. Hal-hal yang berubah
dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari “Merdeka Belajar”.
Beberapa pemahaman
saya mengenai anak yang sejatinya adalah selembar kertas putih tanpa bercak
tinta perlahan mulai menghilang. Sejatinya pendidikan bukan hanya berfokus pada
pemahaman anak terhadap materi pelajaran dan perubahan sikap saja, namun yang
paling utama adalah adanya perubahan karakter anak untuk menjadi
lebih baik serta menuntun mereka untuk mengasah Budi Pekerti sehingga dapat
melepaskan dasar-dasar yang tidak baik yang melekat pada diri mereka. Saya
tidak bisa memaksakan setiap anak untuk berkembang sesuai yang saya harapkan.
Setiap anak mempunyai kodratnya masing-masing.
Mengingat pendidikan
sangatlah penting bagi perkembangan anak, di modul 1 ini, saya fahami pula
bahwa pengajaran ( anderwijs ) adalah merupakan salah satu bagian
dari pendidikan. Sementara itu, dapat dikatakan bahwa pengajar merupakan
seseorang yang memberikan ilmu yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup
anak-anak baik lahir maupun batin. Sebagai seorang pengajar saya tidak dapat
merubah kodrat anak, namun sebagai pengajar saya mempunyai kewajiban untuk
menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat berkembang menjadi
manusia yang lebih baik serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Pendidikan sendiri
merupakan suatu tuntutan hidup untuk kepentingan keberlangsungan tumbuh
kembangnya anak-anak. Setiap anak memiliki kodratnya masing-masing. Sebagai
seorang pengajar, Kita hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan-kekuatan tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki lakunya bukan
merubah dasar yang sudah dimiliki anak . Kita tidak dapat merubah maupun
menggantikan kodrat anak. Dengan memahami Kodrat Anak, saya menjadi lebih faham
bahwa bakat serta potensi merupakan sebuah kodrat. Pendidikan hanya bisa
menuntun tidak bisa merubah kodrat. Namun dengan pendidikan, dapat memberikan
manfaat yang sangat besar untuk tumbuh serta berkembangnya anak.
3 Yang bisa segera saya terapkan lebih baik
agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD Asas “Trikon
Dengan mempelajari
modul ini, saya menjadi faham mengenai Asas Trikon yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Dewantara . Asas Trikon ini sendiri mempunyai tujuan untuk mengembangkan
system pendidikan di Indonesia. Karena pada dasarnya pendidikan selalu berjalan
sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan haruslah berubah sesuai
dengan kondisi dan situasi zaman. Sistem pendidikan bukan hanya bisa diurus,
disusun oleh pemerintah pusat namun sistem pendidikan dapat diciptakan oleh
sekolah masing-masing dengan menyesuaikan budaya lokal sebagai bahan dasar
pembelajaran. Sejatinya setiap lingkungan sekolah mempunyai permasalahan serta
kebutuhan masing-masing yang berbeda satu sama lain. Maka dari itu pengembangan
kurikulum serta visi sekolah pastilah disesuaikan dengan kondisi sekolah
tersebut. Adapun cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan sekolah adalah
dengan asas Trikon. Asas ini di terdiri dari tiga asas yaitu Kotinyu,
Konvergen, dan Konsentris. Dibawah ini saya akan membahas asatu persatu
ketiga asas tersebut,
1. Kontinyu artinya adalah
kegiatan pengembangan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
dengan membuat perencanaan yang baik. Suatu pencapaian yang baik tidak akan
terjadi dengan cara yang instan. Namun membutuhkan sebuah proses yang berkesinambungan
dan dilakukan setahap demi setahap secara terus menerus. Dengan adanya
perencanaan yang baik maka tahap demi tahap rencana tersebut dapat dicapai.
Apabila dirasa memerlukan evaluasi setelah pelaksaan kegiatan maka perlu adanya
suatu perbaikan – perbaikan serta penambahan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan. Pengembangan haruslah diiirngi dengan tekad dan semangat yang kuat agar
tidak mudah menyerah di tengah jalan. Karena jika semangat dan tekad mulai
memudar maka hasil yang muncul tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Konvergen artinya
kegiatan pengembangan yang dilakukan dengan mengambil dari berbagai
sumber di luar. Bisa mengambil contoh pendidikan yang dilakukan di luar negeri
namun dalam praktiknya harus disesuaikan dengan kebutuhan diri kita sendiri.
Pada zaman ini kita bisa dengan mudah mengakses ilmu dari luar dengan hanya
membuka internet. Maka sebagai pengajar kita bisa mempelajari hal apapun
melalui internet. Bagaimana pemanfaatannya untuk dunia pendidikan juga harus
diperhitungkan dalam hal ini. Terlebih lagi dalam pembelajaran Daring (Dalam
Jaringan). Pemanfaatan media internet sangatlah berpengaruh besar terhadap
dunia pendidikan.
3. Konsentris artinya
kegiatan pengembangan pendidikan yang dilakukan tetap berpegang teguh dengan
kepribadian bangsa. Tujuan dari diberlakukannya asas konsentris adalah menuntun
anak untuk menjadi karakter yang lebih baik dengan menyesuaikan kebudayaannya
sendiri. Dengan melihat tujuan dari kegiatan pengembangan tersebut maka kita
dapat menarik kesimpulan bahwa karakter budaya dapat dijadikan pusat pendidikan
dasar bangsa Indonesia.
Konsep “Budi Pekerti”
Dalam modul 1,
dijelaskan pula mengenai makna dari “Budi Pekerti” atau “Watak”. Budi pekerti
sendiri diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Bahkan dikatakan pula bahwa
budi pekerti merupakan suatu karakter jiwa yang berasaskan hokum kebtinan.
Watak dan budi pekerti memiliki sifat tetap atau pasti. Sehingga kita dapat
dengan mudah menemukan maupun membedakan orang yang satu dengan lainnya.
“Budi Pekerti” sendiri
mempunyai arti penggabungan segala bentuk fikiran (cipta), perasaan
(rasa), kehendak (karsa) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Dengan budi
pekerti maka manusia sejatinya dapat menghilangkan / menutupi dasar-dasar yang
jahat. Maka dalam pendidikan perlu sekali adanya budi pekerti agar generasi
penerus bangsa memiliki jiwa nasionalisme, tekad dan semangat yang tinggi
serta welas asih (peduli terhadap sesama).
Komentar
Posting Komentar